Sabtu, 27 Juni 2009

penulis best seller: PENULIS BEST SELLER

By-Anjanicinta buta

“Bukan aku yang ngambil demi Allah re!!”
“Kalo bukan kamu trus sapa li..jelas smua bukti mereka menyudutkan posisi kamu.”
“Kamu kenal aku kan..!?apa kamu juga curiga sama aku re..”
“Bukan masalah curiga atau nggak sekarang, kamu ng pernah mau dengarin aku, aku dah bilang sama kamu kan…rambut tuh di potong li..rambut kamu itu slalu akan membawa petaka bagi kamu.”
“Kamu percaya tahayul?”
“Sedikit. Terkadang tahayul yang sering tidak kamu percaya justru sering menghampiri kamu kan.? Ingat tidak waktu kita liburan ada kecopetan dompet dalam bus dan ketika dompet itu ditemukan ada rambut terselip didalam dompet dan analisa polisi serta hasil tes membenarkan itu rambut kamu, tapi kamu masih beruntung pemilik dompet itu tidak menuduh kamu dia melepaskan semua tuduhan dan alibi kalau kamu pencopetnya”

Mataku terasa panas dan kuyakin mulai memerah, merona sedikit pasti pipiku bertambah tembem saat kristal bening yang tak sanggup tertahan oleh retinaku merembes mengalir bagai sungai menuju muara, muara yang telah lama tandus tak tersirami terlalu sering menguapkan airnya seakan tak ingin tersisa di balik bola mata yang slalu kosong berharap masih ada manusia yang mempercayaiku. “ aku akan cari tau?” bhatinku yakin

“Li, kamu mau kemana?”
“Ke kamar bu’ verlita.”
“Kamu dah gila ya….
“ Sudah lah re..aku ingin memperjelas smuanya siapa yang sudah memfitnah aku..
“ngggak ada tuh yang memfitnah kamu, memang kamu kan pencurinya, siapa lagi di kamar ini yang rambutnya panjang trus punya tahi lalat di hidung dan huruf awal namanya “L” . Lagian kamu berada dalam kamar sendirian pada waktu hari kejadian kamu mau ngelak apa lagi ha.’
Seorang gadis memberondong ucapan Aku dan Re dengan balutan gamis panjang jilbab lebar membalut tubuhnya, penampilannya jelas tidak serasi dengan kata-kata yang barusan terucap. Aku tak mengerti kenapa gadis yang ku kenal sebagai ahli ibadah tanpa cacat seorang patayat berani dengan kasar berucap seperti itu. Aku hanya melirik gadis itu sekilas tanpa menghiraukan ucapan yang sangat menyakiti hati berlari menuju kamar Bu’ Verlita. Aku melihat begitu ramai manusia di daun pintu kamar encik yang sangat disegani itu. “huss..liat keren banget dukunnya bisa langsung datang orang yang di panggil” seorang gadis yang berdiri di daun pintu menempel telunjuknya di bibir dan mengembalikan telunjuknya kearah ku”
“emang kamu kenal dia?”
“mey yang cerita ke aku, waktu kami rebutan air. Cewek tu nyerobot ke depan kami bayangin aja bajuku sampai basah smua, tersiram cewek sialan..mey sekamar sama dia kata mey di kamarnya sering kehilangan semenjak cewek tu pindah ke kamarnya. namanya lia. Biasalah ekonomi lemah masih kata mey nih kirimannya Cuma 150 ribu satu bulan.!!dapat apa dengan uang segitu makanya jadi pencuri.”
Aku berlari kecil tak menggubris sedikitpun kata-kata patayat yang sedang ,menggosip hangat tentangku.
“Assalamualaikum bu’..pak..” plak..plak..plak.. lima jari dengan manisnya mendarat dipipi ku. Bukan Cuma sekali. Sakit…
“bikin malu kamu Li..susah sekali untuk mengaku ha.!” Salamku disambut hangat torehan luka bukan Cuma dipipi tapi tepat di ulu hati. Jenggot panjang dengan mata seperti hendak menerkam laki-laki terkesan angker itu menatapku tajam. Airmata pun tak terbendung lagi. Mengalir lebih deras dari arus sungai menuju muara dadaku terguncang antara rasa malu dan tersiksa. Siapa yang akan percaya padaku semua manusia yang ada disini lebih percaya pada laki-laki berjenggot yang katanya bisa membuat manusia berjalan diatas dinding jika tak mau mengaku dengan apa yang dituduhkan dan menentang prediksinya. Bu Verlita telah mendatangkan seorang para normal yang tersohor sangat dikampung.
“Keluarkan aja dia bu’ dasar klepto..
“Panggil langsung orang tuanya..
“Suruh keliling kampung sambil teriak-teriak saya pencuri ..
“Ah..kalo pencuri itu mah kecil mana dia jera kayak gitu Cuma keliling kampung doang pencuri urat malunya udah putus.
“Cambuk aja sekalian kalo nggak potong aja tangannya bu…stuju…stuju..
“Smua saya harap diam ..” Bu’ Verlita sang Perawan tua yang menjadi ketua keamanan asrama membanting daun pintu, anak-anak berlari menjauh sambil masih dengan ocehan menyumpah serapah yang ditujukan untuk aku yang terduduk terisak dikamar yang dikenal hanya orang-orang yang akan masuk buku hitam menorehkan sejarah kelam kejahatan lah yang pernah masuk kedalam. Bu’ Verlita kembali duduk disamping laki-laki dengan sejuta pesona keangkeran. Menatapku yang masih tersedu berharap ada keajaiban yang membela.
“Jika kali ini kamu mengaku saya akan ringankan hukuman untuk kamu. Dan saya juga akan katakan pada semua patayat bahwa bukan kamu pencurinya hanya dengan satu syarat kamu mengakui kalau kamu yang telah melakukan semua pencurian yang terjadi di kamar Verina.” Jeda sejenak “bagaimana Lia..?suara antara geram,kesal bercampur emosi memberi pertanyaan simalakama untukku yang jelas tidak bisa aku jawab, aku adalah Gadis tersangka dengan kasus yang aku sendiri tak pernah mengerti bahkan sampai detik ini aku tidak mengetahui kasus pencurian apa dan apa saja yang hilang di kamar Verina. Aku bahkan tidak mengerti ketika bangun dari tidur semua orang menatapku aneh dan Re lah yang memberi tahu kalau aku menjadi tersangka pencurian. Dengan bukti yang sangat tidak masuk akal. Celengan Ranti ditemukan berada dalam tas koperku. Padahal kamar Ranti berjarak lima kamar alias satu kilometer dari kamar Verina kamar yang kata encik asrama tanpa kasus alias kamar yang selalu bebas kesalahan dan hari ini Aku menjadi orang pertama yang membuat tercorengnya prediket kamar bebas kasus itu.. Aku sendiri tidak tau sebelumnya kamar Ranti dimana? Dan tempat tidurnya ada disebelah mana? tapi kenapa celengan itu bisa berada dalam koperku?
“Lia..
bentakan keras Bu’ Verlita mengejutkanku Gadis yang baru tersadar dari lamunannya kembali kedunia nyata aku kini tengah berada dalam ruangan yang semua orang tak ingin ada di dalamnya.”Saya rela di hukum apa saja bu’ benar saya tidak melakukannya, saya juga tidak memaksa ibu percaya atau tidak. Jika ibu ingin menghukum saya dan saya sama sekali tidak melakukan kesalahan yang dituduhkan kepada saya . saya ikhlas insya Allah saya sangat ikhlas bu’. Apapun hukuman itu saya terima.” Jawaban tegas terucap dengan pasrah dari bibirku. Wajah Bu Verlita memerah, rasanya ia ingin menelanku bulat-bulat karena sudah berani membantahnya.
“Salsyabila….” Jeritnya memanggil seseorang. gadis berkerudung dengan jilbab lebar melilit indah wajah imut memberi salam yang hanya Aku menjawab salamnya. “bawa dia ke kamar Kamboja sekarang juga.!!!

Matahari melambaikan tangannya seakan tak ingin berpisah dan tak ingin menyuruh bulan untuk menggantikannya. Matahari merasakan betapa seorang gadis akan kegelapan dalam sebuah kamar tanpa teman, hanya malaikat yang matahari yakin menjadi teman gadis yang sedang di uji keimanan dan keikhlasannya. Andai aku bisa menemaninya, andai aku bisa berbicara pada manusia, gadis itu tidak bersalah. Matahari melihat semua hawa kehidupan anak asrama di siang hari, dia juga melihat siapa manusia yang dengan tega memasukkan celengan ranti kedalam kopernya, semua hanya karena cinta satu jawaban karena cinta manusia buta dan tega membuang gadis lugu dalam kamar kamboja, kamar kesengsaraan dunia, menyendiri berteman jangkrik malam yang saling bersahutan seakan ingin mengajaknya bercerita jangkrikpun percaya gadis itu korban cinta buta. Cinta buta seorang patayat yang tengah mabuk yang telah kehilangan perasaannya menganggap halal segala cara demi mendapatkan semua ambisi atas nama cinta. Peraturan yang turun temurun siapa saja yang terkena kasus pencurian akan tidur beratap awan berteman jangkrik malam dan angin semilir yang kadang tidak bersahabat dengan badan, terkadang cinta memang tak ada logika siap menerkam siapa saja.


“Kak Li..
“Kamu siapa?”
“Saya Elva anak kelas satu yang juga baru pindah ke kamar Verina.’
“Kamu mau apa kemari?kamu jangan kemari!!kalo ada yang melihatmu? kamu akan dituduh sekongkol dengan saya” Aku begitu cemas bukan main mataku melirik sana sini meski bola mataku hanya menangkap gelap pekat malam. aku takut ada yang mengintai Elva datang menemuiku. Jelas akan berakibat keadaan bertambah parah kami akan dituduh kerjasama.
“Kakak tenang aja ini kan lonceng belajar, jadi nggak ada yang tau Elva kemari. Elva nggak punya maksud apa-apa datang kemari elva Cuma mau bantu kakak, Elva kasihan liat kakak.”

Aku terharu ternyata dari sekian ribu manusia yang hidup diasrama hanya gadis kecil ini yang kasihan melihatku.

“Ini Elva bawain makanan, kakak pasti lapar kan? Dan ini ada lampu buat kakak sekalian Elva bawain koreknya, nyalakan kalau sudah larut malam saja kak. Biar tidak ada yang tau.”
“Saya tidak kenal kamu Elva kenapa kamu berani sekali, kamu sudah menolong seorang terdakwa pencurian Elva!apa kamu tidak sadar.”
“Elva yakin kakak nggak salah tapi Elva belum punya bukti untuk membebaskan kakak, kakak harus yakin, walaupun kakak nggak kenal Elva, Kakak harus percaya, Elva siap membantu apapun itu. Besok Elva akan kemari. Hati-hati kak Allah selalu bersama orang-orang yang sabar.”

Aku hanya mendengar derap langkahnya semakin menjauh, selain itu gelap sepi. Ku raba lampu yang diberikan Elva, Semua yang tadi bergelayut dipikiranku sirna. Kejadian demi kejadian membuka lembaran memori. Benarkah rambutku pembawa sial? 17 agustus tahun lalu aku terpilih menjadi gadis terpavorit dengan kategori rambut terindah mengalahkan 10 Nominasi Finalis dari 450 peserta. Tapi Re begitu yakin kalau rambutku penyebab semuanya, berawal dari kejadian ketika aku dan Re pulang liburan ke kampung, Mey Berangkat bersama kami dia lebih memilih duduk terpisah dari Aku dan Re. Re bilang Sewa bus lebih banyak Santri daripada sewa umum, tapi tak satupun yang aku kenal karena rata-rata santrinya pokir. kami naik bus Lubuk Raya jurusan Padang sidempuan – Pekanbaru, bus berhenti di Rumah makan sebuah terminal dan saat itu sewa dibuat heboh oleh seorang pemuda yang mengaku kehilangan dompet. Tiba-tiba Dompetnnya ditemukan di balik pintu bus, uang dengan jumlah bisa makan dua bulan lenyap, hanya dompet dikembalikan si pencopet. Si Pencopet sepertinya memang masih punya hati ternyata di dalam dompet banyak surat-surat penting. ada yang aneh, di dompet itu terselip lembaran rambut, supir bus membawa semua penumpang ke kantor polisi, sewa dari terminal memang belum ada yang turun, dan juga tidak ada sewa yang naik dijalan, sebelum polisi menyelidiki sebenarnya aku sudah tau rambut yang terselip itu rambutku, karena aku melihat semua penumpang wanita berambut pendek, Mey maupun Re juga punya rambut tidak sepanjang yang ada di dompet itu, rambut yang terselip itu sangat panjang. Cuma rambutku yang panjang terbalut dengan jilbab lebar, yang hari itu aku telah mencoret prediket jilbab dan agamaku walaupun pada akhirnya, cowok yang telah membuat aku heran semakin mengherankan dia melepaskan semua alibi polisi bahwa aku pencopet dompetnya, lebih aneh lagi dengan senyum yang tidak aku mengerti dia meminta izin kepadaku untuk mengizinkannya menyimpan rambut indahku di dalam dompetnya. Re juga mendengar permintaan cowok itu, tapi kenapa Re masih mengatakan rambutku pembawa sial? Seminggu setelah kejadian itu kami kembali ke asrama, pesantren Musthafawiyah tempat ribuan orang mencari ilmu, disnilah aku sekolah, sebuah pondok pesantren yang dihiasi hutan rimba di segala penjurunya. Sebuah Pesantren dengan ribuan peraturan yang terkadang sangat menyulitkan bagi yang menjalaninya.

************************************************************************

Rambut adalah makhkota wanita, rambut yang indah pertanda hati wanita pemiliknya lebih dari indah, makhota adalah lambang harga diri, aku mencintaimu karena harga dirimu lebih indah dari rambutmu. Wanita yang slalu kupandang indah dan slalu akan semakin indah(Aku tak sanggup melanjutkan bacaanku, isinya gombalan semua).

By-yang slalu menatap indahnya pesonamu

Matahari malu-malu tersenyum di ufuk timur, aku melipat kembali kertas pink ynag sama sekali tak kukenal pengirimnya Elva megantarkannya untukku, bukankah anak asrama tidak bisa jumpa lawan jenisnya ?” Surat itu bu’ gotar yang nitipin.” Bu’ gotar perempuan tua penjual goreng dan batagor, siang dia berjualan di tempat pokir dan malam di asrama patayat. Tapi darimana sipengirim yang tak kukenal itu tahu namaku dan di ujung isi suratnya Ia mengetahui aku sedang berada dalam hukuman Bu’ Verlita terkurung dalam kamar kamboja, kamar yang kata orang beribu jin ikut bermukim disini dikamar ini, dikamar yang membuat aku semakin bingung. Suara derap langkah mendekat kulihat wajah Elva memucat, mataku menangkap jendela usang dengan kunsen yang sudah lapuk kuanggukkan kepala, Elva langsung mengerti dan menendang jendela usang itu, kuyakin kakinya sakit Ia berusaha melompat sebelum suara langkah itu semakin cepat mendekat. Hp Elva terjatuh seiring dua wanita masuk dengan senyum khas ejekannya. Aku berjalan cepat kearah jendela dan menghimpit agar hand phone milik elva tidak terlihat. Dengan sekali lemparan dari punggung belakangku aku yakin hp itu sudah sampai pada pemiliknya. “Hai Lia…..sayang…!gimana rasanya tidur sama jin-jin penghuni kamar ini?pasti asyik donk. Ada nggak yang ganggu kamu, atau ngajakin kamu kawin gitu hak hak hakk..”

“Atau yang ngucapin cinta buat kamu, tapi ngomong2 jin nya mau nggak temenan sama maling kayak kamu.” Ih….syeeeram ah. Menurut kamu gimana Mey?”
“Ye mana mungkin jin jatuh cinta sama manusia setengah syetan kayak dia, jin tuh mau nya jatuh cinta sama cewek cantik kayak kita gitu….hak haak” tawa renyah bin nyaring rasanya menyumbat telingaku.
“Kalian jangan sembarangan ngomong, jin disini nggak tuli, dia akan membalas ejekan kalian.”
‘Siapa yang sembarang ngomong, jin itu emang suka sama yang cantik kayak kami ya nggak Ran…?!”keduanya kembali tertawa
“Kalo kamu ngaku kami akan bebasin kamu tapi kalo kamu nggak ngaku kami akan bilang sama bu’ Verlita kamu harus dihukum cambuk gimana Li?”
“Kaciannnnn banget (keduanya thos menyatukan dua telapak tangan mereka) oh ya kayaknya kami perlu cerita kasihan lihat kamu bengong kayak gini. kok bisa ya akuu ada dikamar ini apa salah ku ya…..pasti kamu mikirnya kayak gitu kan?oke…celengan ranti itu Aku yang masukin dalam kopermu he he makanya kalau bobok kayak ular abis makan kambing ja, biar nggak dengar apa-apa. Masa tidur di samping koper nggak dengar kopernya dibuka”
wajahku terasa pias. Astagfirullah ternyata Ranti dan mey yang punya rencana ini mereka masih tertawa terbahak-bahak menertawakan kesengsaraanku. Bukannya mitos yang beredar dikamar ini tidak boleh tertawa terlalu riang. Percaya atau tidak sudah banyak anak asrama yang kesurupan akibat tertawa terbahak-bahak di sekitar kamar ini. Mereka masih tertawa terus dan tiba-tiba mey………..jeritku kaget mata mey nyalang menatapku sebelum akhirnya terkulai dilantai. “Mey..kamu kenapa..mey..bangun mey..” toloooong jeritku. kulihat Elva memanjat jendela yang tadinya tempat ia bersembunyi. Ranti terkejut dan lebih kaget lagi seiring itu suara ribut-ribut diluar begitu ramai menuju kamar, Elva pasti menelpon Bu’ Verlita. Ku lihat Ayah Farhan mendahului masuk disusul bu’ Verlita dan Syalsa Juga Re.
“Kamu tidak kenapa-kenapa Li”
“Mey Pingsan Ayah!!!”
“Syalsa, dan kamu Re satukan Jempolnya, Encik tolong tekan dadanya.”
Ayah Farhan mencoba menyadarkan Mey, moga setelah sadar Mey mengakui semuanya doaku dalam hati, Ranti masih terus menatapku seolah-olah akulah penyebab sahabatnya kesurupan.”Mey…lawan pakai hati kamu nak…ayo lawan perasaan kamu”
“A……………...o!” Mey hanya bisa melengking dan mengerang. “Angkat dia ke kamarnya“. Perintah Ayah Farhan Bu’ verlita segera mengangkat tubuh Mey yang rada berisi aku mencoba menolong prosesi pengangkatan itu.”Jangan dekati dia Lia….hatinya diliputi dendam sama kamu, psikisnya sedang tidak baik nanti malah kamu yang jadi sasaran.” Aku terkejut, benarkah Mey dendam? Apakah dendam bisa menjadikan psikologis kita tak terkendalikan? Kenapa Mey bisa sedendam ini sama Aku. Aku berusaha mengingat kesalahanku, pernahkah aku menyinggung perasaannya? Ataukah…karena Mey kalah dalam Final pada Kompetisi Rambut terindah tahun lalu. Tapi waktu itu Mey mengucapkan selamat untukku bahkan dengan riang Ia mencium pipiku. Mey bukan cuma cantik tubuhnya sintal, sempurna ukuran anak asrama. bahkan Ia dinobatkan sebagai Patayat tercantik diasrama, tidak mungkin rasanya ia dendam hanya gara-gara rambutku, sebenarnya rambut Mey juga cantik, hitam, kemilau hanya saja ketika final berlangsung Mey me-rebonding rambutnya, tentu saja membuat para juri menganggap minus karena tidak natural keindahan rambutnya. “Jangan Melamun Li..”Re menarik tangan ku kebelakang. Syalsa dan Elva serta Ranti ikut Mengangkat tubuh Mey. Kini tinggal Aku dan Re. Ayah Farhan tersenyum padaku sebelum meninggalkan kamar. Sepertinya ada sesuatu yang hendak dibicarakannya. “Maafin Aku ya Li…”Re memelukkku terisak membuatku semakin bertambah bingung. ”Aku tau kamu korban Li..tapi aku nggak mau bantuin kamu, padahal kamu butuh bantuan aku. Re menggemgam tanganku. ”Aku bukan sahabat yang baik, Aku jahat Li..” Re masih terisak bahkan bisa disebut sesenggukan seakan ia sangat bersalah.” Siapapun kamu Re..apapun yang kamu lakukan untuk aku. Sejahat apapun itu, Aku tetap menganggapmu saudaraku Re! “Aku mengusap salju bening disudut matanya. Re mengeluarkan sesuatu dari kantong bajunya. Kado bersampul pink ukuran mini hanya sebesar kotak cincin.”Met ultah ya…ini bukan dari aku, aku tau kamu ultah tepat pada hari kamu dihukum dan dituduh mencuri. Ini dari Ayah Farhan. Ayo buka!?” meski kaget aku buka. “Hey..ada kata-katanya ni..”

Pesonamu telah melumpuhkan hati yang mulai terlena,
gadis yang slama ini mengganggu tidur sang pangeran
mengusik mimpi dengan taburan kebahagiaan
menatapmu seakan cahaya yang mulai redup kembali benderang

izinkah sang pengusik membuka pintu
membagi pesonanya kepada sang pangeran

Kubuka pelan-pelan kotak berukuran mini. “apa ni Re”
“ya ampu…….n ini lip ice aku kira cin-cin ” ternyata isi kotak itu Cuma sebuah lipstick apa maksud Ayah Farhan, tapi rasanya tidak mungkin dia yang mengirimkannya, Ayah Farhan sudah berkepala tiga walau masih terkesan muda beliau sangat santun terhadap santrinya. “kamu mikir apa Li..mikirin siapa yang ngirimin ini..yang jelas bukan Ayah Farhan Cuma tadi yang ngasih ke aku Ayah itu”
“Ini bukan lipstick Li..ini pelembab bibir dari produk jepang.”
“bukan masalah produk mana tapi apa maksud si pengirim itu ngasih kado yang aneh?
‘”kamu ingat waktu bibir kamu di ejek mey, sariawan dan pecah-pecah bahkan terkesan pucat, aku tau kamu sering puasa tapi mey memang usil dia menyebarkannya di kelas. Mey bilang kamu katro, cewek bibir kering. Bisa jadi berita ejekan itu sampai ke si pengirim kado ini.’'
‘apa hubungannya?”
“ya jelas punya hubungan Li!!si pengagum rahasiamu ini nggak rela kamu dihina sama mey…intinya walaupun dia Cuma ngirim lip ice doank sangat bermakna Li, artinya dia tak ingin kamu diganggu siapapun dan tak ingin satu orangpun yang mengganggumu apalagi menghinamu Li, kamu paham maksud aku..cowok itu naksir kamu?” jeda sejenak aku mencerna kata-kata Re. “Li..lihat kata-katanya sepertinya dia sudah lama mengenalmu.” Tatapan Ayah yang sebenarnya masih cocok menjadi pendampingku itu mengusik pikiranku, benarkah dia pengirimnya? Ataukah ada orang lain? lalu tentang surat yang dibawakan Elva itu? Kepala ku pusing. “kamu kenapa Li..” aku menyodorkan surat yang diberikan Elva. Re senyum aneh. “Tulisannya mirip Li..” “kenapa nggak kamu Tanya aja sama bu’ gotar?” “bu’ gotar nggak mau ngomong” “aku akan paksa Ayah Farhan bicara?aku kenal tulisan ayah itu waktu lihat absen kelas. Bukan kayak gini tulisannya?” lalu siapa pengirim surat itu????????????????????????????????

************************************************************************

Tidak ada komentar: